Kamis, 02 September 2021

PENGANTAR BIMBINGAN KARIR

 

PENGANTAR BIMBINGAN KARIR 




Bimbingan karir merupakan salah satu jenis bimbingan yang berusaha membantu individu dalam memecahkan masalah karir (pekerjaan) agar memiliki prestasi kerja yang maksimal. Beberapa pertanyaan yang sering muncul sehubungan dengan masalah karir antara lain:

1)  Bagaimana cara menemukan pekerjaan yang tepat?

2)  Bagaimana penyesuaian antara kemampuan diri dan pekerjaan?

3)  Bagaimana cara mengetahui berbagai jenis pekerjaan?

4)  Bagaimana mempersiapkan diri untuk karir dan masa depan saya?

5)  Jenis pendidikan apa yang harus saya ambil untuk mendapatkan pekerjaan di bidang yang saya cita-citakan?

6)  Bagaimana aktivitas saya saat ini berhubungan dengan karir masa depan saya?

Beberapa pertanyaan tersebut seringkali juga muncul dari kalangan siswa di sekolah, sehingga perlu diberikan bimbingan karir di sekolah. Bimbingan karir diharapkan dapat membantu mahasiswa memperoleh pemahaman tentang dirinya, lingkungan kerja, dan dunia kerja sehingga dapat mengarahkan dirinya pada bidang kerja yang sesuai dan selaras dengan dirinya dan kebutuhan masyarakat. Melalui bimbingan karir, mahasiswa diharapkan mendapat bantuan dalam hal:

1)  Pemahaman yang lebih tepat tentang keadaan dan kemampuannya.

2)  Kesadaran akan nilai-nilai dalam masyarakat. 

3)  Pengenalan berbagai jenis pekerjaan.

4)  Persiapan yang matang untuk memasuki dunia kerja.

5)  Memecahkan masalah khusus yang berkaitan dengan pekerjaan.

6)  Apresiasi yang objektif dan sehat terhadap “pekerjaan”.


KARIR

Pekerjaan (pekerjaan, panggilan, karir) adalah salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia. Bagaimana orang akan merasa sangat sulit dan cemas jika tidak memiliki pekerjaan yang jelas, apalagi jika mereka menjadi pengangguran. Demikian pula, banyak orang mengalami stres dan frustrasi dalam hidup karena masalah pekerjaan. 

Berdasarkan suatu penelitian, menunjukkan bahwa komponen terpenting dalam kehidupan manusia dewasa adalah: (1) keluarga, dan (2) pekerjaan. Kedua komponen ini menentukan kebahagiaan hidup manusia, sehingga tidak heran jika masalah pekerjaan dan keluarga praktis menyita seluruh perhatian, tenaga, dan waktu orang dewasa.

Pekerjaan memiliki peran yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan ekonomi, sosial, dan psikologis. Secara ekonomi, orang yang bekerja akan memperoleh penghasilan/uang yang dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Secara sosial orang yang memiliki pekerjaan akan lebih dihargai oleh masyarakat daripada orang yang menganggur. Secara sosial orang yang bekerja mendapatkan status sosial yang lebih terhormat daripada mereka yang tidak bekerja. Selanjutnya, orang yang memiliki pekerjaan secara psikologis akan meningkatkan harga diri dan kompetensi dirinya. Pekerjaan juga dapat menjadi wahana yang subur untuk mengaktualisasikan seluruh potensi individu.

Pekerjaan belum tentu karir. Kata kerja (pekerjaan) mengacu pada setiap kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa. Sedangkan kata karir (career) lebih mengacu pada pekerjaan atau jabatan yang ditekuni dan diyakini sebagai panggilan hidup, yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan seseorang, serta mewarnai seluruh gaya hidupnya.

Oleh karena itu, memilih karir membutuhkan persiapan dan perencanaan yang lebih matang daripada hanya mendapatkan pekerjaan sementara. Mengingat betapa pentingnya masalah karir dalam kehidupan manusia, sejak dini Anda perlu mempersiapkan masa depan yang lebih cerah.


3. Tahapan Pengembangan Karir

Pengembangan karir dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan utama, yaitu:

A. Tahap Fantasi: 0 - 11 tahun (masa sekolah dasar)

B. Tahap Tentatif : 12 - 18 tahun (masa SMA)

C. Tahap Realistis: 19 – 25 tahun (masa kuliah)

Pada tahap fantasi, anak-anak sering menyebutkan cita-citanya ketika dewasa, misalnya ingin menjadi dokter, ingin menjadi petani, pilot pesawat, guru, tentara, dan lain-lain. Mereka juga suka bermain peran (misalnya bermain dokter, bermain menjadi guru, bermain menjadi polisi, dll) sesuai dengan peran yang mereka lihat di lingkungan mereka. Jabatan atau pekerjaan yang mereka inginkan atau mainkan pada umumnya masih sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, misalnya dari TV, video, majalah, atau sinetron serta tokoh-tokoh yang telah berlalu dalam kehidupan mereka.

Maka tidak heran jika pekerjaan atau jabatan yang mereka sebut masih jauh dari pertimbangan rasional atau moral. Mereka hanya menyebutnya sebagai pekerjaan yang terasa menarik saat itu. Dalam hal ini, orang tua dan pendidik tidak perlu cemas atau gugup jika terjadi sesuatu ketika anak ternyata menyebutkan atau menginginkan pekerjaan yang jauh dari harapan orang tua atau pendidik. Pada tahap ini, anak belum dapat memilih jenis pekerjaan/jabatan secara rasional dan objektif, karena belum mengetahui bakat, minat, dan potensi dirinya yang sebenarnya. Mereka hanya berfantasi bebas yang tidak mengikat sama sekali.

Tahap tentatif dibagi menjadi 4 (empat) subtahap, yaitu: (1) subtahap minat; (2) sub tahap kapasitas (capacity); (3) subtahap nilai dan (4) subtahap transisi. Pada tahap tentatif, anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda. Beberapa lebih tertarik pada seni, sementara yang lain lebih tertarik pada olahraga. Demikian pula, mereka mulai menyadari bahwa kemampuan mereka juga berbeda satu sama lain. Beberapa lebih mampu di bidang matematika, sementara yang lain di bidang bahasa, atau olahraga.

Pada sub tahap minat (11-12 tahun) seseorang cenderung melakukan pekerjaan atau kegiatan yang hanya sesuai dengan minat dan kesukaannya; sedangkan pada sub tahap kapasitas/kemampuan (13-14 tahun) mulai melakukan pekerjaan/kegiatan berdasarkan kemampuan masing-masing, disamping minat dan kesukaannya. Selanjutnya pada subtahap nilai (15-16 tahun) seseorang sudah dapat membedakan kegiatan/karya yang dihargai oleh masyarakat, dan yang kurang dihargai; sedangkan pada sub tahap transisi (17-18 tahun) anak sudah mampu memikirkan atau “merencanakan” karirnya berdasarkan minat, kemampuan, dan nilai yang ingin diperjuangkannya.

Pada usia kuliah (18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap realistis. Mereka sudah lebih mengenal minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin mereka kejar. Mereka juga lebih sadar akan berbagai bidang pekerjaan dengan segala konsekuensi dan tuntutannya masing-masing. Oleh karena itu, pada tahap realistis; remaja mampu membuat perencanaan karir secara lebih rasional dan objektif. Tahap realistik dibagi menjadi 3 (tiga) subtahap, yaitu: (1) eksplorasi, (2) kristalisasi, dan spesifikasi.

Pada sub-tahap eksplorasi, remaja umumnya mulai menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada tahap tentatif akhir. Mereka mempertimbangkan beberapa kemungkinan pekerjaan yang menurut mereka sesuai dengan bakat, minat, dan nilai mereka, tetapi mereka belum berani mengambil keputusan tentang pekerjaan mana yang paling tepat. Ini termasuk masalah memilih sekolah menengah yang sesuai dengan karir yang akan mereka jalani. Pada sub tahap selanjutnya yaitu sub tahap kristalisasi, remaja mulai merasa mantap dengan pekerjaan/karir tertentu. Berkat pergaulan yang lebih luas dan kesadaran diri yang lebih dalam, serta pengetahuan tentang dunia kerja yang lebih luas, remaja akan lebih fokus pada karir tertentu meskipun belum mengambil keputusan akhir. Terakhir, pada sub tahap spesifikasi, remaja mampu membuat keputusan yang jelas tentang karir yang akan mereka pilih.

Proses pemilihan karir terjadi sepanjang hidup manusia, artinya suatu saat orang bisa berubah pikiran. Artinya, pilihan karir tidak terjadi sekali dalam hidup manusia. Faktor peluang memegang peranan yang sangat penting. Meskipun seorang remaja telah menentukan pilihan karirnya berdasarkan minat, bakat, dan nilai-nilai yang dia yakini, tetapi jika peluang/kesempatan untuk bekerja di bidang itu tertutup karena “tidak ada lowongan”, maka karir yang diinginkan tidak akan terwujud pada akhirnya.




Daftar  Pustaka :

Kumpulan Materi Bimbingan Dan Konseling, Paramitra Publishing, Tim Paramitra, Yogjakarta, 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar